BAB II
ANATOMI
DAN FISIOLOGI
1.
ANATOMI
2. FISIOLOGI
Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.
BAB III
KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Pielonefritis
merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun
kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu.
Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan
gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis
merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal
dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis
merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau
retrograd aliran ureterik.
(J. C. E.
Underwood, 2002: 668)
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua
ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal.
Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai
ginjal melalui darah.
2.
ETIOLOGI
a. Bakteri (Escherichia coli,
Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan
penyebab 90% dari infeksi
b. Infeksi biasanya berasal dari daerah
kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya
infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih
c. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal
atau pembesaran prostat
d. Refluks, yang mana merupakan arus balik air
kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter.
e. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian
tubuh lainnya melalui aliran darah.
f. Kencing Manis
g. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas
untuk melawan infeksi.
3.
TANDA DAN GEJALA
ü Gejala biasanya timbul secara
tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan
muntah.
ü Beberapa penderita menunjukkan
gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri
ketika berkemih.
ü Bisa terjadi pembesaran salah satu
atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi kuat.Bisa terjadi kolik
renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang
ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena
lewatnya batu ginjal.
ü Pada anak-anak, gejala infeksi
ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali. Pada infeksi
menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam
hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
ü Pielonefritis kronis hanya terjadi
pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran kemih,
batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak
ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal
ginjal)
5.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut
Barbara K. Timby dan Nancy E.Smith tahun 2007:
·
Mengurangi
demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa
ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
·
Merilekskan
otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan
propantheline (Pro-Banthine)
·
Pada
kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara
progresif.
BAB IV
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada klien
pielonefritis menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
1. Data biologis meliputi :
1. Data biologis meliputi :
·
Identitas Klien
- nama :
- usia / tanggal lahir :
- jenis kelamin :
- suku bangsa :
- status pernikahan :
- agama :
- pekerjaan :
- diagnosa medik :
- tanggal masuk :
- tanggal pengkajian :
- no. RM :
- nama :
- usia / tanggal lahir :
- jenis kelamin :
- suku bangsa :
- status pernikahan :
- agama :
- pekerjaan :
- diagnosa medik :
- tanggal masuk :
- tanggal pengkajian :
- no. RM :
·
Identitas penanggung
- nama :
- usia :
- jenis kelamin :
- alamat :
- pekerjaan :
- hubungan dengan klien :
- nama :
- usia :
- jenis kelamin :
- alamat :
- pekerjaan :
- hubungan dengan klien :
2. Riwayat
kesehatan :
·
Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji.
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji.
·
Riwayat kesehatan sekang
Penjelasan dari keluhan utama, diuraikan dalam konsep PQRST
Penjelasan dari keluhan utama, diuraikan dalam konsep PQRST
·
Riwayat kesehatan dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini.
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini.
·
Riwayat kesehatan keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan atau keduanya.
- Bila ditemukan riwayat penyakit menular, dibuat struktur keluarga
dimana diidentifikasi individu-individu yang tinggal serumah.
Tidak dalam bentuk genogram.
- Bila ditemukan riwayat penyakit turunan, dibuat genogram dalam
minimal tiga generasi.
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan atau keduanya.
- Bila ditemukan riwayat penyakit menular, dibuat struktur keluarga
dimana diidentifikasi individu-individu yang tinggal serumah.
Tidak dalam bentuk genogram.
- Bila ditemukan riwayat penyakit turunan, dibuat genogram dalam
minimal tiga generasi.
3. Pengkajian fisik :
·
Umum
·
Tanda-tanda vital
·
Sistem Perkemihan,khusus pada sistem
perkemihan seperti di lakukan tindakan seperti berikut: -Palpasi kandung
kemih
-Infeksi darah meatus -Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine - Pengkajian pada costovertebralis
-Infeksi darah meatus -Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine - Pengkajian pada costovertebralis
·
Sistem Penglihatan
·
Sistem Pendengaran
·
Sistem Pernafasan
·
Sistem Kardiovaskuler
·
Sistem Endokrin
·
Sistem Genetalia
·
Sistem Muskuluskeletal
·
Sistem Integumen
·
Sistem Syaraf
4. Pola
Aktifitas Sehari-hari:
·
Nutrisi
1. Kaji jumlah,cara ,jenis cairan yang biasa diminum pasien dan perbedaan frekuensi minum klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
2. Kaji jumlah,cara ,jenis makanan yang biasa dimakan pasien dan perbedaan frekuensi makan klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
1. Kaji jumlah,cara ,jenis cairan yang biasa diminum pasien dan perbedaan frekuensi minum klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
2. Kaji jumlah,cara ,jenis makanan yang biasa dimakan pasien dan perbedaan frekuensi makan klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
·
Eliminasi
1. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2. Kaji perubahan warna urin.
3. Kaji adanya darah dalam urin.
4. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal
urinasi, atau akhir urinasi.
5. Hesitancy; mengedan nyeri selama atau sesudah urinasi.
6. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan
tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.
1. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2. Kaji perubahan warna urin.
3. Kaji adanya darah dalam urin.
4. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal
urinasi, atau akhir urinasi.
5. Hesitancy; mengedan nyeri selama atau sesudah urinasi.
6. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan
tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.
·
Istirahat
·
Personal Higiene
5. Data
Psikologis, Sosial dan Spiritual :
·
Data Psikologis
Dalam data psikologis terdiri dari status emosi, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi dan konsep diri (gambaran diri, harga diri, dll)
Dalam data psikologis terdiri dari status emosi, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi dan konsep diri (gambaran diri, harga diri, dll)
·
Data Sosial
dalam data sosial Berisi hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat.
dalam data sosial Berisi hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat.
·
Data Spiritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d hipertermi,
perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
2. Nyeri akut b/d proses peradangan
/ infeksi
3. Hipertermia b/d demam, peradangan /
infeksi
4. Ansietas b/d hematuria, kurang
pengetahuan tentang penyakit dan
tujuan pengobatan
tujuan pengobatan
5. Gangguan pola tidur b/d hipertermi,
nyeri
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
umum
7. Resiko kekurangan volume cairan b/d
intake tidak adekuat
C.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah.
Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan,
cairan dan zat gizi.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
|
Pantau / catat permasukan diet
Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan (25%)
cairan asam asetat. Berikan permen karet, permen keras, penyegar mulut
diantara makan
Berikan makanan sedikit tapi sering
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi
Batasi kalium, natrium dan pemasukan fosat sesuai indikasi
|
Membantu dan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh : mual, anoreksia, gangguan rasa)
dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan.
Mambran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut
menyejukkan, meminyaki dan membantu menyegarkan rasa mulut yang sering tidak
nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat
membantu menetralkan amonea yang dibentuk oleh perubahan urea.
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status
uremik/menurunnya paristaltik
Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan,dan
mengidentifikasi rute paling efektif dan produknya, contoh tambahan oral,
makanan selang hiperalimentasi
Pembatasan elektrolit ini dibutuhkan untuk mencegah kerusakan
ginjal lebih lanjut, khususnya bila dialisis tidak menjadi bagian pengobatan,
dan atau selama fase penyembuhan.
|
Dx. 2 : Nyeri akut
b.d proses peradangan, infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya
berkurang.
Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan
nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak
mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh,
tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pantau intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau
meringankan nyeri
Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang
dapat di toleran.
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan
istirahat
Berikan perawatan parineal
Kolaborasi :
Konsul dokter bila : sebelumnya kuning gading urine kuning,
jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sering berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
Nyeri menetap atau bertambah sakit
Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Berikan antibiotic. Buat berbagi variasi sediaan minum, termasuk
air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari
|
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot –
otot
Untuk membantu klien dalam berkemih
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang di harapkan
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
Untuk mencegah kontaminasi uretra
Temuan – temuan ini dapat memberi tanda kerusakan jaringan
lanjut dan perlu pemeriksaan luas
Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
Akibat dari haluran urin memudahkan berkemih sering dan membantu
membilas saluran berkemih
|
Dx. 3 : Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam pasien berkurang
Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual,
suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit lembab
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
|
Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ; perhatikan
menggigil/diaforesis
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi
Berikan
kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol
Berikan
selimut pendingin
Kolaborasi :
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen
(tylenol)
|
Suhu
38,90 – 41,10 C menunjukkan proses penyakit infeksius
akut
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit. Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,50-400 C pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan otak.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotelamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan
organisme. Dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
|
Dx. 4 : Ansietas b.d
hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasien Hilang dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisah
Kriteria Hasil : tenang, gelisa
berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi nafas 12-24/menit
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
|
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Pantau tingkat kecemasan
Beri dorongan spiritual
Beri penjelasan tentang penyakitnya
|
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan
dan pengobatan
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME
Agar klien mengerti sepenuhnya dengan penyakit yang di alaminya.
|
Dx. 5 : Gangguan pola tidur b.d hipertermi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa tidur dengan nyenyak.
Kriteria Hasil : jumlah jam tidur tidak
terganggu, perasaan segar setelah tidur atau istirahat, terjaga denganwaktu
yang sesuai
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
|
Instruksikan tindakan relaksasi
Hindari mengganggu bila mungkin, misal : membangun untuk obat
atau terapi
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Dorong posisi nyaman, bantu dalam megubah posisi
Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi
|
Membantu menginduksi tidur
Tidur tanpa gangguan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur
bila terbangun
Mengkaji perlunya mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan
istirahat
Mungkin di berikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama
periode dari rumah ke lingkungan baru. Catatan : hindari penggunaan
kebiasaan, karena ini menurunkan waktu tidur.
|
Dx. 6 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien toleran aktifitas.
Kriteria Hasil : mengidentifikasi
aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada
intoleransi aktivitas.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
|
Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan.
Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan
dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas
|
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pemilihan
intervensi.
|
Dx. 7 : Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat
Kriteria hasil :tidak memiliki
konsentrasi urine yang berlebih, memiliki keseimbangan asupan Dan haluaran yang
seimbang dalam 24 jam.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
|
Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Pastikan kontinuitas kateter pirau/ akses
Tempatkan pasien pada posisi telentang/tredelenburg sesui
kebutuhan
Pantau mambran mukosa kering, torgor kulit yang kurang baik, dan
rasa haus
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi Hb/Ht elektrolit
serum waktu pembekuan, contoh ACT, PT/PTT, dan Jumlah trombosit
Berikan cariran IV (contoh, garam faal)/ volume ekspender
(contoh albumin)selama dialisa sesuai idikasi
|
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/output
Terputusnya pirau/ akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi
Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi
Hipovolemia/cairian ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda
dehidrasi
Menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan darah aktual.
Ketidak seimbangan dapat memerlukan perubahan dalam cairan
dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan penggunaan
heparin untuk mencegah pembekuan pada aliran darah dan hemofilter mengubah
koagulasi dan potensial darah aktif.
airan garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin
diinfuskan dalam sisi vena hemofelter Cav bila kecepatan ultrafiltrasi tinggi
digunakan untuk membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik.
|
D.
EVALUASI
a. Memperlihatkan
berkurangnya rasa nyeri dan ketidaknyamanan.
Ø Melaporkan
berkurangnya nyeri, urgency, disuria, atau hesitancy pada saat berkemih.
Ø Minum analgetik
dan agens antimikrobial sesuai resep.
Ø Minum 8 – 10 gelas air
setiap hari.
Ø Berkemih setia 2
– 3 jam.
Ø Urine yang
keluar jernih dan tidak berbau.
b. Pengetahuan
mengenai tindakan pencegahan dan modalitas
penanganan yang diresepkan meningkat.
c. Bebas
komplikasi.
Ø Melaporkan tidak
adanya gejala infeksi atau gagal ginjal (mual, muntah, kelemahan, pruritus).
Ø Kadar BUN dan
kreatinin serum normal, kultur darah dan urine negatif.
Ø Memperlihatkan
tanda-tanda vital dan suhu yang normal, tidak ada tanda sepsis.
Ø Mempertahankan
haluaran urine yang adekuat (> 30 ml/jam).
DAFTAR PUSTAKA
http://acenkfik.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pielonefritis.html.
Diakses pada tanggal 21 Februari 2012
http://glizzer.wordpress.com/2009/05/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan/.
Diakses pada tanggal 21 februari 2012
Doenges,
Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7.
Jakarta : EGC